CHAPTER 8 - Hujan (Selalu Ada Cerita)

Hujan sore itu cukup deras, sesekali tampak kilatan-kilatan petir mewarnai indahnya hujan di Jakarta. Bagi Windiah hujan seperti ini memberikan kenangan berarti ketika saat itu bersama Amal berdua di tengah hujan lebat menyusuri jalanan sehabis mereka ngedate berdua. #Cihuyyy

Foto dari Google
Saat itu mereka sepulang dari sebuah Mall di bilangan Jakarta bagian sana, tiba-tiba di tengah jalan hujan turun begitu saja tanpa ada tanda-tanda sama sekali. Untuk berhenti berteduh tidak mungkin dilakukan karena memang suasana sudah malam, sehingga mereka harus cepat-cepat pulang. Di tengah derasnya hujan itu sepeda motor yang dikendarai Amal melaju sedang-sedang saja melewati 7 kali belokan, 12 kali genangan air dan 3 lubang yang cukup besar.

Saat itu Windiah tampak memeluk erat Amal dari belakang agar tetap hangat di tengah derasnya hujan. Seakan tidak mau melepaskan pegangan, Windiah terus memeluk lebih erat lagi. Dalam pikirannya hanya ada Amal Amal dan Amal. Maka ketika sepeda motor terguncang-guncang melewati beberapa lubang-lubang kecil di jalan, Windiah tidak peduli. Bahkan guncangan itu seakan membuat dekapannya lebih kuat.

CHAPTER 7 – Gejolak Hati Riana

Jam 3 sore suasana kampus tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa mahasiswa yang masih kongkow-kongkow berada di sekitar kantin. Begitu juga Riana saat itu bareng Desi sedang duduk-duduk sambil memainkan gadget mereka masing-masing.

“Mba Desi…itu lho Windiah ngajak kita karaoke hari ini..” kata Riana.

“Ayoo…bilangin ke Diah ayo kita karaoke…”

“Bener ya nanti gue bbm ke Diah nih..”

Sementara Riana sibuk bbm-an, Desi memperhatika kerumunan mahasisea lain yang di sana tampak ada Angga. Saat itu pula terbersit dipikirannya untuk mengajak Angga serta berkaraoke.

“Ngga…Angga sini..” teriak Desi

CHAPTER 6 – Adaapa dengan Jeny

Sekarang ini sedang ramai-ramainya gossip kalau Angga ada hubungan yang sangat dekat dengan Riana. Gossi berhembus setelah hari ulang tahun Angga kemarin. Saat itu Angga menerima bungkusan yang menurut teman-teman Angga adalah kado dari Riana. Angga tampak terganggu dengan gossip tersebut, terlebih lagi teman-teman satu kampusnya, terutama yang satu jurusan dengan dia selalu membahas dan bertanya apa isi kado tersebut. Padahal sampai saat ini Angga tidak ada hubungan apa-apa dengan Riana.

“Cieeee…cieee….apa isinya Ngga?” temen Angga berseloroh.

“Tau…belum gue buka tuh, elo mau..? Tar gue kasih deh buat lo..” Sedikit ngga suka atas pertanyaan temen-temennya itu.

“Jangan gitu dong Ngga, itu kan pemberian orang, harus dihargai lah..”

Chapter 5 - Cerita Dari Kampus 2

Sambil menyerahkan bungkusan kado itu, Riana pamit untuk pulang tapi sebelum meninggalkan Desi…

“Jangan sampe ketahuan sama adikmu ya Des…adikmu kan hari ini ulang tahun”

“Ihhh…Riana......makaciih yaa…”

“Sama-sama Des…aku pulang dulu ya…” Sambil melambil melambaikan tangan, buru-buru Riana pergi meninggalkan rumah Desi.

Chapter 4 - Cerita Dari Kampus

Jakarta, hari ini terasa panas. Debu dan asap kenalpot kendaraan semakin menambah udara di Jakarta tidak bersahabat terutama bagi gue yang terbiasa dengan udara segar. Tau ngga gue itu paling sensitive kalau nyium bau asap knalpot. Jangankan knalpot, asap rokok saja gue kurang begitu suka. Walaupun gue bukan perokok tapi bukan berarti gue anti pati terhadap perokok ya..”Silahkan merokok tapi asapnya ditelen” itu
pepatah gue. Tapi gue suka ngga tega kalau temen gue merokok, terus gue bilang seperti itu. Kasihan kan?

Lho kenapa jadi ngomongin rokok? Ini tentang Jakarta yang begitu parah. Coba bayangkan ditengah terik panas matahari, udara panas bercampur panas asap kendaraan ada saja orang yang demo. Tapi bukan demo yang teriak-teriak sih…mereka demo simpatik dengan membagi-bagikan bunga kepada para pengendara kendaraan bermotor. Ngga begitu jelas sih apa tujuannya.

Biarin saja lah, ngga usah pikirin orang demo dan anggap saja Jakarta hari ini nyaman senyaman nyamannya. Karena di sini gue ngga akan ngomongin Jakarta dan  segala keruwetannya.

Chapter 3 - Kamu

“PING!!!...PING!!!”

Dua kali suara blackberry messenger berbunyi dari hpnya. Sambil membenarkan letak kacamata yang agak kurang pas menempel disela-sela hijabnya, buru-buru dia membaca pesan yang muncul di layar handphone-nya.
“Mb Diah jd ikut kn?” Pesan yang ada di hpnya.

“Jam brp jdnya mb Riana?”
“Plg kuliah jam 4..”
“Lo ada kuliah hr ini? Emng siapa j yg ikut mb Riana?”
“Bnyk kok mba, tmn2 kmpus”
“Ntar gw kabarin ya..”
-----bbm senyap-------

Sambil sesekali update status “kakak ngga ada di rumah sepiiiii..” dia terus asik memainkan smartphonenya sampai tiba-tiba pesan di bbmnya berbunyi lagi.

Chapter 2 - Dia

Semester baru, hari ini merupakan hari pertama dimulainya semester genap. Suasana kampus masih belum terlalu ramai ketika terdengar langkah-langkah kaki yang terburu-buru. Melewati lorong yang menuju ruang perkuliahan.

"Ah...mudah-mudahan ngga telat nih.." gumam seorang gadis dengan rambut sebahu, memakai bando warna unyu eh ungu itu.

Di pundak sebelah kiri tampak tas yang berisi buku kuliah untuk hari ini. Sementara langkahnya terhenti ketika mendengar ada seseorang memanggilnya.

"Ria...Riana...tunggu aku.."

Sambil menoleh ke belakang disapanya si pemilik suara tersebut.